Sunday 27 May 2012

Revisi mobil SMK setelah gagal uji emisi



Tim teknisi yang melakukan perbaikan setelah mobil Esemka dinyatakan tak lolos uji emisi, masih terus bekerja.
Setelah mengutak-atik bagian mesin agar gas emisi yang dikeluarkan tak terlalu tinggi, tim fokus mengurangi berat badan Esemka. Sebab, berat badan berlebih dari mobil buatan siswa SMK ini diduga menjadi penghambat performa mesin.
Menurut Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Sulistyo Rabono, kendaraan yang telah menjadi mobil dinas Wali Kota Solo Joko Widodo memiliki bobot 2.200 kilogram.
Berat badan yang mencapai dua ton lebih itu dinilai terlalu gemuk, karena berat ideal seharusnya 1,5 ton saja.
“Bobot standar mobil jenis SUV berkapasitas 1.500 cc adalah 1.400 kilogram. Jadi, Esemka masih terlalu gemuk dan perlu dikuruskan,” katanya, Sabtu (10/3/2012).
Akumulasi beban inilah yang menyebabkan kerja mesin lebih berat, sehingga performa menjadi tak maksimal. Menurut Sulistyo, tim saat ini masih mencari cara menurunkan beban bodi mobil yang overweight itu.
“Mobil Esemka tanpa penumpang jika dibandingkan dengan mobil sejenis, ibaratnya seperti mengangkut 20 penumpang. Jadi sangat berat,” imbuhnya.
Temuan tim teknisi, mobil Esemka kegemukan lantaran bodi luarnya terlalu tebal. Sesuai standar, seharusnya ketebalan plat bodi maksimal 0,8 milimeter. Sedangkan plat bodi mobil Esemka SUV Rajawali sekarang 1,2 milimeter.
“Bodi mobil handmade terlalu berat jika 1.500 cc. Dengan bobot saat ini, mesin akan bekerja baik jika pada posisi 2.700 cc. Sehingga, kami memilih melakukan rework dari sisi bodi,” beber Sulistyo.
Sejauh ini, ia bersama tim masih mencari mekanisme untuk mengurangi ketebalan bodi. Kemungkinan, pemangkasan bobot mobil meliputi penggantian plat bodi berdempul tipis.
Plat ini kemudian dipasang di bagian samping depan dan belakang. Untuk menyelesaikannya, diprediksi butuh waktu sekitar empat pekan. Meski dibuat kurus, hal itu tak akan mengubah tampilan fisik Esmeka.
Dukungan terhadap mobil Esemka agar lolos uji emisi terus mengalir dari berbagai pihak. Satu diantaranya adalah dari Gusrizal, Direktur Eksekutif Elemen for Indonesia.
Pria yang tinggal di Bukittinggi, Sumatera Barat datang ke Solo untuk menemui Jokowi. Tujuan utamanya, memesan Esemka.
“Saya mau pesan Esemka, tapi masih ditolak. Tak masalah, walau urutan 6.001, saya akan tetap menunggu,” tegasnya.
Kedatangan Jokowi ke Bukittinggi dalam beberapa waktu ke depan akan ia manfaatkan untuk mengajak pemerintah daerah melakukan kerja sama. Sebab, di Bukittinggi juga sangat berharap bisa meniru apa yang telah dilakukan oleh siswa SMK di Solo.
“Pak Jokowi akan kami jadikan motivator. Siswa di Bukittinggi sangat mendukung Esemka agar lolos jadi mobil nasional,” cetusnya.
sumber : tribunnews.com

Komentar Pak B.J. Habibie akan mobil SMK



 Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan, mobil Esemka tidak dibuat secara profesional. "Mobil Esemka itu cuma 'dolanan' (mainan), pembuatannya tidak profesional, masa anak-anak yang baru tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah mau jadi montir, ya pasti belum ada pengalaman," kata BJ Habibie usai talkshow "Merah Putih" di kediamannya, Patra Kuningan 13, Jakarta, Rabu (7/3).

Menurut Habibie, untuk bisa menciptakan sebuah industri otomotif diperlukan pengalaman serta riset yang cukup, tidak serba instan. "Untuk bisa masuk ke dalam industri otomotif dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar membutuhkan waktu yang panjang," kata Habibie.

Habibie mencurigai ada kepentingan politik di balik pemberitaan mobil Esemka. "Menurut saya, ada interest politik di balik semua ini. Oleh karena itu, saya sarankan media berhenti mengangkat topik ini, anggap sepi saja," kata Habibie.

Habibie menyarankan, membangkitkan industri otomotif di Tanah Air sebaiknya dimulai dengan membidik industri sepeda motor. "Indonesia ini adalah masyarakat terbesar yang memanfaatkan sepeda motor di bumi. Kenapa kita tidak mengembangkan itu saja, sediakan anggarannya, lakukan riset yang menyeluruh, saya rasa itu lebih rasional," kata Habibie.

Toh Habibie tetap memberi semangat pada generasi muda, terutama siswa Sekolah Menengah Kejuruan, yang berhasil membuat mobil Esemka. "Tidak ada sesuatu yang datang dengan percuma, semua harus dilakukan melalui perjuangan yang dibarengi dengan pengorbanan, kita tetap harus optimis terhadap masa depan bangsa," kata dia. (Ant/DOR)


Sumber : Metrotvnews.com

Keindahan fisik tidak menentukan keindahan batin





“Berapa harga seekor anak kucing?”
Pemilik toko menjawab, “Sekitar 30 sampai 50 Dollar.”
Anak itu berkata,
“Aku hanya mempunyai 23,5 Dollar. Bisakah aku melihat-lihat anak kucing itu?”
Pemilik toko tersenyum. Ia lalu bersiul. Tak lama kemudian muncullah lima ekor anak kucing sambil berlarian.
Tapi ada seekor yang tampak tertinggal di belakang.
Anak itu bertanya,
“Kenapa anak kucing itu?”
Pemilik toko menjelaskan bahwa anak kucing itu menderita cacat karena kelainan di pinggul saat lahir.
Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata,
“Aku beli anak kucing itu.”
Pemilik toko menjawab, “Jangan, jangan beli anak kucing cacat itu, Nak. Jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan saja untukmu.”
Anak itu kecewa.
Ia menatap pemilik toko itu dan berkata,
“Aku tak mau diberikan cuma-cuma. Meski cacat, harganya sama seperti anak kucing lainnya. Aku akan bayar penuh. Saat ini uangku 23,5 Dollar. Setiap hari aku akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas.”
Tetapi lelaki itu menolak, “Nak, jangan beli anak kucing ini. Dia tidak bisa lari cepat, tidak bisa melompat & bermain seperti anak kucing lainnya.”
Anak itu terdiam. Lalu ia menarik ujung celana panjangnya. Dan tampaklah kaki yang cacat.
Ia menatap pemilik toko itu dan berkata,
“Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat. Akupun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main seperti anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak kucing itu membutuhkan seseorang yg bisa mengerti penderitaannya.”
Pemilik toko itu terharu dan berkata,
“Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak kucing ini mempunyai majikan sebaik engkau.”
Nilai kemuliaan hidup bukanlah terletak pada status ataupun ke lebihan yang kita miliki,
melainkan pada apa yang kita lakukan berdasarkan pada Hati Nurani.
Yang mengerti dan menerima kekurangan.

“Keindahan fisik bukanlah jaminan keindahan batinnya”.